Tampilkan postingan dengan label My Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label My Cerpen. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 09 Januari 2010

Kekuatan Cinta

Hari ini aku bangun pagi dan langsung duduk bersantai di sofa sambil minum segelas air putih…
Waktu luang yang sebetulnya membuat aku bisa berfikir dan flashback ke masa masa indah antara aku dan tonny…
 Yah…di kamar inilah aku selalu menunggu kedatangan Tonny.

“Tidak….Demi Tuhan …Sinta…aku mohon maaf ,aku tidak menginginkannya untuk saat ini”
“Tolong aku Sin,” kata Tonny sambil berlutut memohon padaku….
“Aku tidak peduli apa kau mau bertanggung jawab atau tidak..tapi aku akan tetap pada pendirianku”
“Baik kalau itu maumu…aku tidak bisa memaksa…tapi tolong juga kau mengerti posisiku”
“Aku salah Ton…tapi aku menginginkan bayi ini”
Satu Bulan berlalu semenjak kepergian Tonny….dan aku sendiri harus siap untuk melahirkan tanpa kehadiran Tonny.

Tak terduga 2 bulan setelah kehamilanku..aku menerima email dari sahabat Gay ku ,Barli…di Jepang..dia akan datang minggu depan.
“Aduh Sintaaaaaaaaaaa !” aku terhenyak oleh  teriakan Barli kala aku menjemputnya di Soekarno Hatta Airport

Barli adalah sahabat Gay ku kala masih kuliah dulu…sifatnya yang luwes dan kewanita wanitaan yang selalu membuat aku merasa nyaman untuk berbagi cerita.
“Aku akan Menikahimu”…aku kaget ketika Barli ingin melamarku …

“Kau gila…kau kan tidak menyukai wanita “…
“Apa itu masalah ?” kata Barli…”Aku memang tidak bisa mencintai wanita selayaknya pria sejati tapi aku tidak ingin sahabatku hamil tanpa punya pendamping “
“Apa salahnya jika aku menikahimu sampai bayi itu lahir…dan sesudah itu kita bisa bercerai “.

Aku terharu….Barli memandangku dengan mata yang selalu melindungku.
Dua hari kemudian  aku membuat keputusan akan menikah dengan Barli .
“Aku terkesan dengan gaya Barli memperlakukanku…diam diam aku mulai mencintainya…Hah…aku mencintai laki laki Gay….

Mungkinkah itu….
Tak terasa waktu berlalu dengan cepat….perutkupun mulai membuncit dengan bertambahnya 6 bulan kandunganku…
Yah sekarang kandungan ku sudah 8 bulan…

Persiapanpun sudah kulakukan menjelang kelahiran anakku…
Tidak ada keluarga yang tau tentang kehamilan dan pernikahanku dengan Barli…aku menutupinya dengan rapat…
Hampir 1 thn ini aku hanya berkirim kabar lewat tlp dengan keluargaku di Solo.
Ternyata kehamilan ini membuatku segan untuk kemana mana…dan dengan iklasnya kulepaskan pekerjaanku…

Saat ini aku hanya menggantungkan hidup dari tabungan
Menjelang kelahiran….”Aku ragu dan takut “
Aku menunggu dengan tetap tidak tenang
“Tidak usah banyak mikir Sin…Aku akan tetap disampingmu,swear ..!!
Sungguh kata kata itu begitu manis di telingaku tapi kenapa harus Barli bukan Tonny…
Gelap…bayangan Dokter…..gunting dan pencapit terus menghantuiku..

Tangisan bayipun menggema …
Aku lemas dan pasrah…aku tersentak …
“Bu selamat…bayinya sehat dan wanita…”
Amin …ya rabal alamin…aku kini menjadi wanita seutuhnya…aku menjadi seorang ibu….
Sekitar lima belas menit setelah aku terpulas …Barli membangunkan ku…Dari sorot matanya tampak damai di hatinya…
“Sin…aku merasa aku menjadi seorang bapak”…..

Kesedihan yang memancar di wajahku kini seakan pulih..Aku merasa plong…
“Sorry Bar….aku sudah banyak menyusahkanmu….kini kau bisa menceraikanku…kapanpun kau mau “
“Tidak”, Jawab Barli terburu buru…Bagaimanapun aku merasa aku ikut memiliki bayi ini Sin…
“Takdirku mengharuskan aku menjadi seorang ibu tanpa seorang suami Bar..dan aku siap akan takdirku….”
“Tidak !!!” kata Barli dengan tegas…”singkirkan omongan tentang takdir itu “
Aku meneteskan air mata…”yah inilah takdirku”

Barli memelukku…entah kenapa..aku merasa damai dipelukannya…
Tanpa terasa pelukan Barli tidak sampai disitu…Barli mengecup bibirku…dan aku membalasnya…
Yah Tuhannn…aku membalas ciuman Barli….
“Sorry….buru buru Barli melepaskanku…”aku termangu..diam  dan tak tau harus bagaimana.
Malamnya aku tidak bisa tidur..aku gelisah…aku memikirkan kenapa aku mau membalas ciuman Barli

Keesokan harinya…aku menemukan sepucuk surat di meja riasku..
Kubuka dan kubaca…
Dear Sinta Sahabatku sayang…
“Aku merasa bahagia kau menemukan mimpimu,mimpi seorang wanita untuk menjadi ibu …“Sin…kau telah menemukan kodratmu …
“Aku mulai tersadar setelah bersamamu,aku mulai merasa menjadi laki laki…
hari hari bersamamu membuat aku sadar bahwa aku mulai mencintaimu…
Caramu memperlakukanku..ketegaran…dan perhatianmu itulah yang membuat aku semakin membutuhkanmu .
“Aku menginginkanmu lebih dari sekedar sahabat…

Selama ini aku salah ..menyayangimu berbeda dengan cara aku menyayangi Ivan,pacarku di Jepang….
“Aku mulai merasakan Cinta yang belum pernah aku rasakan sebelumnya terhadap wanita…aku merasa dibutuhkan…
“Aku malu terhadapmu Sin…aku bukan lagi Barli sahabat gay mu yang dulu….”
“Aku mencintaimu….aku tau kau akan Jijik terhadapku…”
“Aku tak sanggup untuk jauh darimu…”
“Aku akan ke jepang untuk memutuskan pilihanku pada Ivan “
“Aku akan pergi darimu jika itu yang kau inginkan”
“Sin…tolong jangan marah padaku….selekasnya aku akan menceraikanmu..”

Sahabatmu Barli
Aku menutup surat dari Barli dengan keraguan …

Kelihatannya aneh juga jika Barli benar benar menjadi suamiku.
Apakah ini Mukjizat,ataukah sekedar kebosanan Barli dengan hubungan sejenis.
Aku bingung tapi bahagia…”Apa Barli sedang menimba kebajikan dari suatu kehilafan “
“Apa cinta sesederhana itu “..
Beribu pertanyaan mampir di benakku…
Dua hari kepergian Barli…membuat aku merasa kehilangan…
Akhirnya aku putuskan …aku akan menerima Barli …
“Aku bahagia…menjadi seorang ibu dan aku besyukur karena aku bisa menerima keinsyafan  Barli”
Amazing…..
“Aku akan menelfonnya besok sore ….”

“Aku menunggu beberapa menit,tapi seperti sekian jam …tapi hubungan telfon dengan Barli tidak terjalin
Keesokan harinya kucoba menelfon Barli kembali…
“Haloo..suara berat diseberang sana terdengar kesal…
Itukah Ivan…
“Dia sudah balik ke Jakarta !! “ kalimat ketus itulah yang kudengar kala aku menanyakan keberadaan barli
“Jangan pernah menelfon kesini lagi….” Suara bantingan telfonpun mengagetkan telinga.
“Ya Tuhan…Barli ada di Jakarta..kemana dia…mengapa dia tidak menghubungiku…”

Menjelang subuh…ketika aku baru saja menyusui  si kecil…
Pintu diketuk….tidak diduga…kulihat Barli ada disana …dengan wajah memelas…
“Sinta…maafkan aku…aku mencintaimu…maukah kau menikah denganku….”
Ungkapan yang mendadak ini serasa bagai suatu yang mengangetkan..
Belum sempat aku sadar,Barli mencium bibirku dengan begitu lembut…

“jangan pernah berbohong pada hati kecilmu Sin…cinta itu suatu kemauan merdeka dan tidak sepi dari noktah noktah kesedihan mengintip jalannya takdir…”
“Aku pasrah dalam lembut bibirnya…dan saat tersadar aku hanya berkata…”Aku mencintaimu Barli “…..

( Repost 2005 )