Nafsu beribadah bisa membuat ibadah kita
tercampuri nafsu, nafsu ingin masuk syurga, nafsu ingin jadi orang
sholeh, nafsu jadi merasa benar, lalu pada tataran komunal akan
membentuk nafsu primordial, kesukuan, keorganisasian dan sekte.
Lalu di mana letak kemurnian dan ketulusan ibadah, padahal Allah menyeru
dalam surat al-bayyinah ayat 5: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus"
Maka sederhanalah dalam menjadi sholeh, bahkan gelar "ustadz" bukan
jaminan kesalehanmu. kesederhanaan dalam seimbangnya taqwa dan amal
sholeh merupakan prasyarat menjadi insan yang terbaik (khair
al-bariyyah).
Bahkan di bumi mekkah yg diberkati, arogansi nafsu
sering menodai ibadah, saksikan transaksi bisnis mengecup hajar aswad,
saling sikut, injak dan dorong demi mencium batu hitam nan suci,
bercampurnya dalam -dempetan yg perih- antara laki2 dan perempuan....
Aah, bahkan untuk sekedar mengecup batu syurga sebagian mereka
menampilkan yg bukan prilaku ahli syurga.
Berteriak anti bid'ah
tapi dengan cara2 yg lebih bid'ah... Seorang jamaah aku perhatikan
mengajak salaman ke teman kiri-kanannya, lalu teman di sebelah kirinya
menepuk keras (lebih tepat disebut memukul krn kerasnya) sambil berkata,
"ini bid'ah gak diajarkan Rosul", lalu keluar kalimatku berseloroh:
"engkau menegur seseorang bid'ah dgn cara bid'ah, krn kelembutan nabi
tak pernah memukul orang dg cara arogan dan menyakiti!
Mari memaknai kesalehan kita....
- Ustad NH -