Jumat, 06 Mei 2016

Seimbangkan saja... Itu saja!

Semua kondisi itu bakal dirasakan manusia, ga ada manusia yg sehat selamanya even dokter sekalipun. Ga ada orang seneng selamanya, mesti ada duka yg pernah dialaminya.

Bila kita sepakat pada Garis Besar Haluan Hidup seperti ini (ada suka ada duka), so...enjoy your life!

Nikmati sukamu, nikmati dukamu, nikmati sehatmu, nikmati sakitmu... Nikmati saja! Toh, kondisi silih berganti akan dipergilirkan di antara kehidupan kita. Jadi yaa jangan terlalu senang saat mendapat nikmat dan jangan terlalu lebay saat merasakan musibah. Yang Tuhan ga senang itu bila kita sombong dan jumawa dalam kehidupan ini.

Terapi BDK dan SKS mengajarkan kita untuk luwes dalam kehidupan. Berdamai dengan keadaan (BDK) itu bukan pasrah tanpa ikhtiyar. Sempurnakan Kemuliaan Sikap (SKS) itu bukan ngoyo tanpa perhitungan.
Sederhana saja, seimbangkan saja, syukuri saja... Itu saja!

-Ustad NH-

Kamis, 05 Mei 2016

Syukur pada Tuhan

menangis saja sesekali air dari kelopak matamu harus dijatuhkan, biarkan saja ia membasahi pipi, bening airnya dan sedikit asin rasanya tak mengapa kau cicipi.

Setelah itu, seka air matamu, tersenyum lalu hirup nafas panjang, hembuskan perlahan-lahan, mendadak pandanganmu lebih terang sekarang. Oke, pertahankan senyum dan pandanganmu yang mulai benderang.

Kini, ucapkan syukur kepada Tuhan.

Rabu, 04 Mei 2016

Sulitnya menasehati diri

Di atas mimbar seseorang bisa saja dipengaruhi khalayak yg gempita. Asumsi kesalehan dah kadung melekat hingga harus dirawat. Ini soal nasehat hebat tentang memaafkan.
Tak ada yg salah dgn nasehat, hattã dari seorang penjahat. Namun rasanya ada yg sepakat bahwa nasehat dirasa berat untuk diamalkan sendiri meskipun hebat utk orang banyak.

Ini soal memaafkan dgn keluasan hati. Kutipan ayat dan hadits nabi banyak bertebaran tentang tema2 ini. Tapi memaafkan selalu tak semudah mengucapkan atau menasehatkan.

Maka, baru saja datang beberapa insan yg mengadu akan tuduhan kesalahan lalu berulang ia merapikan hubungan tapi tak jua dimaafkan.

"Tenaaaaang.." Begitu jawabku ringan
"Kewajibanmu hanya meminta maaf dan memaafkan lalu sempurnakan saja sikap kemuliaan."

» Meminta maaf itu elegan mengakui kesalahan
» Memaafkan itu Berdamai dgn keadaan
» Menyempurnakan kemuliaan sikap itu pesona kearifan

"Tapi mas, dia itu pintar berkhotbah soal memaafkan, sering menganjurkan jangan merawat dendam... Lalu kenapa saya yg sebenarnya blm tentu salah tak juga dimaafkan?" Sahabatku itu masih saja blm terima keadaan
smile emoticon itu bukan urusanmu.... 😁

Memang, kalo buat sendiri, nasehat sering terasa berat, alasannya kerap diungkap, "Lebih baik kita tak bertemu dulu, ketimbang kesalku padamu menambah dosa. Seperti dulu tak saling mengenal, skrg kita masing-masing saja lah.
Nah.... Padahal urusan sikap yg merawat dendam tetap ada tanggung jawabnya lhoo..
Soo, samuderakan saja hatimu. Kini inventarisir kembali, masih adakah teman/sahabat/murid/guru/keluarga yg belum engkau maafkan?

-Ustad NH-

Selasa, 03 Mei 2016

Batas Nalar

Mau sampai mana Anda melangkah? Pasti ada sesuatu yang membatasi? Bahkan dalam pikiranmu yang luas dan katanya tak terbatas itu, ada banyak "batas" yang tak terlewati.
Eureka... Adalah luapan kegembiraan Archimedes saat akhirnya menemukan hukum berat massa jenis utk menghitung volume dan isi sesuatu benda. Archimedes bergembira krn setalah melewati rangkaian waktu yg panjang lewat teori2 yg dikuasainya belum juga menemukan jawaban hingga ia masuk ke bak mandi dan menumpahkan air seukuran besar tubuhnya.

Eureka... Lihat... Ada "peristiwa" sederhana yg menembus batas.
Ini persis sama seperti Issac Newton menemukan hukum gravitasi, saat secara tak sengaja ia menyaksikan jatuhnya buah apel dari pohonnya. Atau seperti Percy Lebaron Spencer yg secara tdk sengaja saat ia sedang berdiri di dekat sebuah magnetron yang sedang hidup, Spencer mendapati bahwa batang coklat di sakunya meleleh. Pikirannya yang tajam segera mengerti bahwa itu adalah akibat gelombang mikro. Pengalamannya ini yg kemudian memicu gagasan pembuatan Microwafe untuk memasak atau menghangatkan masakan.

Maka kalau sekedar pintar menghangatkan, seorang istri bisa disebut sebagai Microwife, kalo dia pintar masak baru boleh disebut sebagai Truewife hahahaha....
Nah, apa yg baru saja sy paparkan itu, cara sederhana dlm memahami pikiran yg katanya tak terbatas itu, lalu ada "PERAN" lain dari yg Maha Tak terbatas mewujudkannya.

Maka, kenali batas-batas itu lalu biarkan Yang Maha Tak terbatas membuat Anda Menembus Batas.

Caranya? Aktifkan proses kreatif berfikir lalu bertindak sederhana-lah! Jangan jumawa dengan kepintaran apalagi sekedar popularitas. Tuhan tidak megizinkan pakaian kesombongan itu dikenakan makhluq-Nya.
Jadi, sekali lagi.... Aktifkan nalar kreatif lalu bertindak sederhanalah!

-Ustad NH-

Senin, 02 Mei 2016

Terjebak

"Dalam pembelajaran di bidang agama, saya mengkhawatirkan sebagian guru dan orang tua terjebak pada target beragama ala khawarij; hitamkan saja jidatmu, habiskan malammu dengan tahajud, isi siangmu dengan puasa, tuntaskan 30 juz hafalanmu, lalu habiskan siapa saja yang berbeda faham denganmu!"

-Ustad NH-

Minggu, 01 Mei 2016

KTP ku untuk.....

Di sebuah Group sosmed yang berisi pecinta dan aktivis da'wah pernah ada candaan tentang KTP. Candaannya sendiri tidak terlalu penting hingga saya turut posting komentar, "KTP saya buat Ahok."
Mendadak candaan berhenti.

Satu dua mulai ada yang mempertanyakan, aku menjawab apa adanya, lalu tiba-tiba saja ada postingan lain, "hukum memilih pemimpin kafir", lalu beberapa kiriman meme yang bisa dibilang lebih kepada penghinaan atas diri Ahok yang Cina, Kasar dan Galak.

Dalam hitungan detik, forum candaan itu itu telah berubah menjadi ajang hujatan, caci maki, fitnah, diskriminasi, etc. sebuah kebencian yang bahkan telah melintasi kalam Tuhan, "Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil."

Sebuah perkumpulan, meskipun atas nama da'wah, belum menjamin ada kesantunan da'wah di dalamnya, apalagi sih akhlaq al-karimah yang merupakan fundamental concept bagi gerak da'wah itu sendiri.

-Ustad NH-