Rabu, 04 Mei 2016

Sulitnya menasehati diri

Di atas mimbar seseorang bisa saja dipengaruhi khalayak yg gempita. Asumsi kesalehan dah kadung melekat hingga harus dirawat. Ini soal nasehat hebat tentang memaafkan.
Tak ada yg salah dgn nasehat, hattã dari seorang penjahat. Namun rasanya ada yg sepakat bahwa nasehat dirasa berat untuk diamalkan sendiri meskipun hebat utk orang banyak.

Ini soal memaafkan dgn keluasan hati. Kutipan ayat dan hadits nabi banyak bertebaran tentang tema2 ini. Tapi memaafkan selalu tak semudah mengucapkan atau menasehatkan.

Maka, baru saja datang beberapa insan yg mengadu akan tuduhan kesalahan lalu berulang ia merapikan hubungan tapi tak jua dimaafkan.

"Tenaaaaang.." Begitu jawabku ringan
"Kewajibanmu hanya meminta maaf dan memaafkan lalu sempurnakan saja sikap kemuliaan."

» Meminta maaf itu elegan mengakui kesalahan
» Memaafkan itu Berdamai dgn keadaan
» Menyempurnakan kemuliaan sikap itu pesona kearifan

"Tapi mas, dia itu pintar berkhotbah soal memaafkan, sering menganjurkan jangan merawat dendam... Lalu kenapa saya yg sebenarnya blm tentu salah tak juga dimaafkan?" Sahabatku itu masih saja blm terima keadaan
smile emoticon itu bukan urusanmu.... 😁

Memang, kalo buat sendiri, nasehat sering terasa berat, alasannya kerap diungkap, "Lebih baik kita tak bertemu dulu, ketimbang kesalku padamu menambah dosa. Seperti dulu tak saling mengenal, skrg kita masing-masing saja lah.
Nah.... Padahal urusan sikap yg merawat dendam tetap ada tanggung jawabnya lhoo..
Soo, samuderakan saja hatimu. Kini inventarisir kembali, masih adakah teman/sahabat/murid/guru/keluarga yg belum engkau maafkan?

-Ustad NH-

Tidak ada komentar: